Thursday, October 15, 2009

Raditiya Dika, Sherina Munaf dan Kambing Jantan.

Yang muda yang bercinta.
Gosip baru: Raditiya Dika lagi pacaran dengan Sherina Munaf. Itulah kesimpulan tunggal dari blog Raditiya Dika dan blog Sherina Munaf. Twitter Raditiya Dika si "Kambing Jantan" dan Sherina Munaf Gemini Girl pun menguatkan kesimpulan itu. Pastinya, kebenaran tidak ada yang tahu selain mereka berdua, dan Tuhan, tentu saja.

Apa Kisah cinta ini sudah masuk hot gosip di media, saya sendiri tidak tahu. Siapa yang peduli gosip?

Tulisan ini tidak tentang gosip Raditiya Dika pacaran dengan Sherina Munaf. Semua punya hak untuk mencintai.

Ini tentang kisah pribadi di upload ke internet. A Warning, bahwa pacaran lewat cyber bisa jadi membuat urusan percintaan bisa lebih rumit.

Lebih rumit, karena domain pribadi kini berubah jadi konsumsi publik, apalagi jika ini tentang "orang-orang penting", kisah selebriti. Sepenggal kisah sederhana tentang orang "penting" lebih menarik perhatian dari pada kisah dramatis rakyat jelata.

Tidak ada yang salah, ini tidak dalam posisi menyalahkan kisah cinta Raditiya Dika dan Sherina Munaf, mereka adalah anak muda baik-baik, generasi emas negeri ini.

The point is, cyber terlalu tajam untuk membelah, cyber bisa membunuh karakter, terlalu sakit jika terpeleset dan terjatuh, lebih sakit dari pada jatuh di atas monas.*) Tidak ada tempat bersembunyi, semakin banyak kita berkisah tentang diri kita, orang-orang yang kita kenal, tempat, angka, pengalaman masa kecil, dan nama, kini semua itu telah berubah menjadi data yang di simpan cyber selamanya. Data itu membuat tidak ada "tempat bersembunyi", google bisa mengantarkan tepat kehadapan seseorang, siapa saja dan di mana saja. Dan tentunya tidak semua orang punya niat baik di setiap saat. Suatu waktu dan jika kita "terpeleset", semua atau beberapa curhat kita, data tadi itu bisa digunakan kembali untuk menyerang dan menghukum kita.

Saya care Marshanda. Gadis malang itu telah mengalami masa-masa sulit dan contoh apa yang saya maksud tadi. Tidak hanya marshanda, pun juga keluarga turut merasakannya.

Ada situasi dimana logika dikalahkan perasaan, dan saat itulah ada peluang terjadi kealfaan. Tidak ada manusia sempurna. Tapi di sini, cyber tidak mengenal toleransi pada kesalahan, satu digit saja pasword anda salah, tidak bisa log in.

Marshanda manusia biasa, dan pada saat ia sakit, dunia telah hancur di pundaknya dan blogger membuat kehancuran itu lebih parah. Cyber tidak toleran pada orang yang sakit. Dan anda akan ditinggalkan begitu saja jika sesuatu yang menarik pada anda telah sirna. Pada akhirnya hanya orang dekat dan yang peduli saja yang bisa memahami dan setia bersama anda, itu fakta, apa adanya.

Banyak orang penting tidak ditemukan di cyber. Roy Surya, pakar telematika tidak dapat temukan lewat google, Mr Bush, Obama sulit di cari didunia maya, bahkan sekaliber Osama bin Laden tidak punya facebook yang bisa dikenali.

Tidak bisa dicari lewat google, bukan berarti mereka tidak aktif di cyber. Fakta bahwa cyber menjadi alat untuk satu tujuan telah digunakan siapapun yang bisa mengerti internet, termasuk Osama bin Laden sendiri. Seperti pergerakan Mao Tse Tung, semakin kuat semakin tidak terlihat.
Semakin penting semakin sulit di sentuh.

Tidak ada yang tahu persis kebenaran kisah cinta Raditiya Dika dan Sherina Munaf. Bisa jadi hanya satu trik selebriti, bisa jadi kenyataan. Tapi jika Jimmy teman saya mencintai isteri simpanan "orang penting", Jimmy lebih suka mencurahkan habis cinta itu lewat inbox, tidak ada yang "nguping".


Jimmy dan Raditiya Dika berbeda, polanya juga beda. Buat Jimmy, "tidak penting saya siapa, yang penting adalah apa yang saya fikirkan".
Benar banget, "apa yang Jimmy fikirkan.."

*)jatuh di atas monas, bukan jatuh dari atas monas.

No comments:

Post a Comment